Qotd : Kebahagiaan tidak datang mendekat, kitalah yang bergerak menghampiri.
Judul : I Saw The Same Dream Again
Penulis : Sumino Yoru
Penerbit : Haru
Tahun Terbit : 2016
ISBN : 978-602-52547-8-9
Harga Buku : Rp 83.000,00
Jumlah Hal : 312 Hal
Blurb :
Koyanagi Nanoka adalah seorang pelajar SD yang menganggap
dirinya sendiri pintar. Dia mendapatkan tugas sekolah untuk memikirkan apa itu
kebahagiaan.
Selama memikirkan tugas tersebut bersama dengan teman
sekelasnya, dia bertemu dengan pelajar SMA yang suka menyayat nadinya, seorang
wanita yang terjebak dalam hidupnya sendiri, dan seoeang nenek yang tampaknya
hidup damai. Semuanya memiliki penyesalan masing-masing.
Apakah kebahagiaan itu?
Bisakah mereka memperbaiki masa lalu?
Menurut kamu apa sih kebahagiaan itu?
Nanoka Koyanagi, anak SD kelas 4 yang mengaku dirinya pintar dan
mengabaikan seluruh sekitarnya. Semasa kecilnya, Nanoka selalu membuat
perumpaan tentang segala sesuatu. Dia punya teman-teman yang menuntunnya ke arah
yang lebih baik sehingga dia tetap bisa bahagia dan menjadi orang dewasa.
Nanoka mendapatkan tugas dari wali kelasnya, Hitomi-sensei mencari tahu apa
itu kebahagiaan? Nanoka sosok anak yang selalu mencari tahu. Dia bertanya pada
beberapa kenalannya tentang kebahagiaan, pelajaran hidup dan toleransi antar
manusia.
Katanya Abazure-san, hidup itu seperti pudding. Dalam kehidupan ini ada bagian
manis yang kita suka, ada juga bagian pahit yang membuat kita tidak suka.
Artinya, bahwa hidup itu memiliki fase-fase dimana seseorang akan mengalami
manis dan pahitnya kehidupan.
Beberapa hari yang lalu saya selesai membaca buku I Saw The Dream Again yang
kalo dalam bahasa Jepangnya berjudul Mata Onaji Yume O Miteita. Saya jadi
berpikir bahwa, benar yaaa … kalo kebahagiaan itu gak datang mendekat, tapi kitalah yang mendatangi orang-orang atau tempat-tempat yang membuat kita
bahagia. Dan menurut saya, kita bisa menentukan kebahagiaan sendiri.
Seperti membuat rutinitas yang
menyenangkan, melakukan apa yang kita sukai, menjalani hidup dengan baik,
tertawa dan bercanda dengan orang-orang yang kita sukai, memakan apa yang kita
sukai dan banyak hal lainnya.
Kalo katanya Nanoka Koyanagi versi dewasa, “Kebahagiaan, bukanlah
sesuatu yang datang dari ujung sana. Kitalah yang memilih, dan berusaha
meraihnya.”
Uhm … Barangkali kita adalah salah satu
orang yang gampang depresi. Kadang bertanya pada diri sendiri, apakah saya sudah bahagia? Sejujurnya, saya juga
kadang seperti itu. Hanya saja, saya melakukan rutinitas lain untuk
menghilangkan depresi.
Eh, kalo begitu ingat ya mantra ini, “Hidup itu adalah segala milikmu
yang bersinar di dalam harapan.” Jadi yang berhak mengendalikan hidup kita adalah
diri sendiri. Yang menentukan kebahagiaan kita adalah diri sendiri, bukan orang
lain. Meski kadang harapan membuat kita merasa was-was dan takut, tapi selama
kita masih bisa beryukur dengan apa yang kita miliki, kita akan selalu bahagia.
Adegan yang saya sukai dalam buku ini adalah dimana ketika Nanoka
membujuk Kiryu-kun untuk kembali ke sekolah. Saya ikut sedih saat teman-teman
Nanoka merisak (membully) Kiryu-kun. Jangan salah, bukan di Indonesia aja
pembullyan itu terjadi, tapi di Jepang juga banyak loh. Buktinya di film atau
anime Jepang juga ada loh yang mengkisahkan tentang pembullyan, salah satunya
adalah A Silent Voice. Pembully-an itu disebabkan karena ayah Kiryu-kun
tertangkap saat mencuri di supermarket.
Meski Kiryu-kun menolak untuk masuk sekolah, hal itu tidak membuat Nanoka
putus asa. Dia kembali lagi ke rumah Kiryu-kun dan mengatakan kalimat-kalimat
ampuh yang membuat Kiryu-kun lega.
Next, salah satu karakter yang saya sukai dalam buku ini adalah
Abazure-san. Meski dia adalah tokoh yang nantinya akan menghilang dari
kehidupan Nanoka. Tapi wanita itu sangat penyabar dan dewasa. Dia mengajarkan
Nanoka tentang hidup, seperti halnya orang dewasa memberi arahan kepada
anak-anak, Nanoka mudah memahahami setiap hal yang disampaikan oleh
Abazure-san.
Poin plusnya adalah, Sumino Yoru menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
Kita bisa memahami bagaimana kehidupan orang dewasa dari sudut pandang
anak-anak. Kehadiran ketiga tokoh sampingan : Abazure-san, Minami-san, Obaachan
membuat kita melihat bagaimana pandangan anak kecil terhadap pola pikir orang
dewasa.
Buku ini sangat cocok bagi kamu yang pengen tahu makna kehidupan lebih
mendalam. Kamu akan tahu banyak hal tentang lika-liku kehidupan.
Quotes :
“Bertindak spontan adalah hal yang penting. Tetapi, berpikir sebentar dan
mencoba menunggu sebelum bertindak juga sama pentingnya.” – hal 7
“Tidak selamanya melarikan diri dari hal tidak menyenangkan itu baik.
Boleh saja melarikan diri pada saat-saat tertentu.” – hal 7
“Tidak semua kata-kata orang hebat atau orang yang muncul di televisi itu
benar. Tapi, benar atau tidaknya hal itu, kau sendiri yang harus memikirkannya
dengan baik.” – hal 7
“Hanya orang dewasa yang bisa bersyukur atas rasa pahit.” – hal 17
“Padahal bagian yang manisnya saja sudah nikmat, tapi ada orang yang
bersyukur akan rasa pahitnya.” – hal 17
“Kebahagiaan itu tidak berjalan mendekat, karena itu kita yang
menghampiri.” – hal 18
“Belajar untuk memahami hal yang belum dimengerti adalah hal yang
penting. Sedangkan, mengira sudah mengerti hal yang sebenarnya belum dipahami
adalah hal yang sangat tidak baik.” – hal 29
“Orang dewasa itu berbeda dengan anak-anak. Mereka adalah makhluk yang
selalu melihat ke masa lalu.” – hal 31
“Tidak ada alasan untuk bisa tertawa kalau belum membaca cerita lucu,kan?
Kalau maksudmu adalah mentertawakan orang yang menulis sebuah cerita, aku pasti
akan mati karena perutku terpelintir saat tengah membaca buku!” – hal 64
“Menurutku, kalau seluruh manusia di dunia ini suka membaca, dunia akan
jadi damai. Kalau saja mereka mengerti bahwa ada hal yang menyenangkan seperti itu,
pasti tidak ada yang berpikir untuk saling melukai.” – hal 65
“Kebahagiaan itu adalah situasi saat kau merasa benar-benar terpenuhi,
kan? Seperti hati ini dipenuhi oleh perasaan yang menyenangkan.” – hal 77
“Kalau begitu, daripada memberikan kenangan yang menyedihkan, lebih baik
Nacchan memberikan kenangan baik dengan banyak tersenyum untuknya.” – hal 81
“Orang tidak bisa menghilangkan kenangan sedih. Tetapi, orang bisa
menikmati hidup dengan membuat banyak kenangan indah.” – hal 81
“Kita tidak boleh mengabaikan orang saat bicara. Jadi, aku pun menjawab
pertanyaan itu.” – hal 86
“Dengan semua orang yang kusuka menjadi bahagia, aku berharap semua orang
yang kubenci menghilang.” – hal 87
“Benar,kan? Pada akhirnya hanya orang yang melakukan hal itu saja yang
mengerti. Tapi, tidak masalah meski kita tidak mengerti.” – hal 90
“Seandainya Nona kecil mengerti alasan melukai diri, kemudian mulai
melakukan hal yang sama, aku juga ingin menghentikanmu. Jadi, kau tidak perlu
tahu alasannya. Aku juga pernah bilang sebelum ini. Hanya menyukai bagian manis
dari pudding pun tidaklah buruk. – hal 90
“Tidak ada yang bisa melihat isi hati manusia seperti sihir. Jadi,
manusia diberi kemampuan berpikir.” – hal 90
“Waktu itu … tidak akan pernah kembali.” – hal 112
“Cinta saat masa kecil itu sangat indah karena melihat bagian manisnya
saja—dan itu tidak masalah. Semua orang mengerti itu. Tetapi, begitu menjadi
dewasa, kita mulai memahami bahwa di dalam pudding juga ada bagian yang pahit.
Menyingkirkan bagian pahit itu sebelum menyantapnya, terlihat kekanak-kanakan.”
– hal 139
“Hanya orang yang bisa berusaha sekuat tenaga untuk apa yang
disukainyalah yang akan mampu menghasilkan sesuatu yang mengagumkan.” – hal 164
“Orang yang suka melukis biasanya adalah orang-orang yang lembut hati.
Mereka mudah tersakiti, juga memiliki kelemahan tertentu dibanding orang lain.”
– hal 168
“Manusia itu memang lebih mudah mengenang hal buruk dibanding hal yang
baik di dalam hati.” – hal 169
“Orang yang jujur memang menguntungkan.” – hal 183
“Hidup itu seperti pelari pertama dalam lari estafet. Selama diri sendiri
tidak mulai bergerak, tidak akan memulai apapun.” – hal 186
“Kebahagiaan itu adalah kemampuan untuk memikirkan seseorang dengan
serius.” – hal 197
“Orang dewasa selalu berkata, sahabat dan ikatan antarmanusia adalah hal
yang paling penting di dunia ini.” – hal 200
“Pada akhirnya , semua makhluk hidup akan meninggal dan berubah menjadi
tanah. Di sanalah kemudian rumput hijau akan tumbuh lalu dimakan oleh makhluk
hidup lainnya agar bisa hidup. Itulah mengapa aku berpikir bahwa mungkin saja
kata ‘terkoneksi’ merujuk pada hubungan yang penuh misteri dalam rantai
kehidupan.” – hal 209
“Kalau kau tidak menyerah menyukai seseorang, hidupmu akan bahagia.” –
hal 210
“Dalam kehidupan mungkin ada masa-masa pahit. Tetapi, di dalamnya juga
terdapat banyak kebahagiaan yang manis. Manusia itu hidup untuk bisa merasakan
bagian-bagian tersebut.” – hal 220
“Kebahagiaan itu adalah merasa senang, merasa gembira, memperlakukan
orang terkasih dengan baik, memperlakukan diri sendiri dengan baik, juga bisa
memilih untuk bertindak dan berkata seperti itu dengan kesadaran sendiri.” –
hal 305
Komentar
Posting Komentar